Jordan Lukaku: Adik dari Romelu, Tapi Punya Jalannya Sendiri yang Penuh Tikungan Tajam

Kalau lo denger nama “Lukaku”, pasti pikiran langsung ke Romelu — si striker monster. Tapi jangan salah, adiknya, Jordan Lukaku, juga sempat dianggap talenta top. Bedanya, Jordan lebih beroperasi di belakang: sebagai bek kiri atau wing-back yang punya kecepatan, tenaga, dan kemampuan bawa bola yang gak kalah dari winger.

Sayangnya, karier Jordan gak semulus yang dibayangkan. Cedera, keputusan transfer, dan tekanan sebagai “adik Romelu” bikin jalan dia penuh tikungan. Tapi lo tau apa? Di balik semua itu, Jordan tetap salah satu bek kiri paling eksplosif yang pernah dimiliki Belgia.

Ayo kita gali bareng kisah Jordan Lukaku — dari akademi Belgia sampai Lazio, dari sorotan ke ketidakpastian.


Awal Karier: Lulusan Emas Akademi Belgia

Jordan Zacharie Lukaku Menama Mokelenge lahir pada 25 Juli 1994 di Antwerpen, Belgia. Dia dan Romelu lahir dari keluarga berdarah Kongo, dan sejak kecil udah dibentuk jadi atlet sejati.

Jordan tumbuh bareng kakaknya di Akademi Anderlecht, lalu pindah ke K.V. Oostende, di mana dia mulai benar-benar menunjukkan kualitas sebagai bek kiri modern.

Lo bisa lihat langsung dari gaya mainnya:

  • Lari kenceng banget
  • Dribble lancar dari sisi kiri
  • Kuat duel fisik
  • Crossing tajam ke kotak penalti

Banyak yang bilang dia punya atribut yang mirip kayak Gareth Bale muda (waktu masih jadi full-back).


Lazio: Puncak Popularitas & Masa Keemasan

Tahun 2016, Jordan Lukaku direkrut Lazio, salah satu klub papan atas Serie A. Di sinilah dia mulai sering dilihat publik internasional, terutama saat Lazio masih dipegang Simone Inzaghi yang suka pakai skema 3-5-2.

Posisi ideal buat Jordan? Wing-back kiri. Lo kasih dia ruang buat overlap, dan dia bakal ngacak-ngacak sisi kanan lawan.

Musim 2017/18 jadi salah satu yang paling gacor:

  • Bantu Lazio bersaing di papan atas Serie A
  • Jadi starter di Liga Europa
  • Cetak beberapa assist penting

Dia bahkan sempat digosipin bakal ke klub-klub besar, termasuk Juventus dan Premier League, karena atribut fisiknya yang “Premier League ready”.


Gaya Main: Full-Throttle, No Fear

Jordan Lukaku itu bek kiri yang mainnya kayak winger. Saat dia fit dan percaya diri, lo bakal ngelihat:

  • Overlap tanpa ampun
  • Cut inside ke tengah buat shooting
  • 1v1 duel yang dia menangi karena power
  • Dribble jarak pendek dengan keseimbangan bagus

Gak heran kalau fans Lazio dulu sering bilang:

“Kalo dia sehat, sisi kiri aman total.”

Dan karena tubuhnya gede dan kuat (mirip Romelu versi lebih ramping), dia juga sering tahan duel sama winger cepat tanpa gampang dilindas.


Timnas Belgia: Peluang Emas yang Gak Maksimal

Jordan debut buat Timnas Belgia pada 2015. Dia sempat masuk skuad untuk beberapa laga penting termasuk EURO 2016, dan bahkan sempat starter.

Tapi sayangnya, posisi dia gak pernah benar-benar aman. Kenapa?

  • Persaingan keras: Belgia punya Vertonghen, Meunier, Carrasco, Castagne
  • Masalah konsistensi
  • Cedera datang terus

Padahal, waktu performa dia stabil di Lazio, dia sempat dianggap sebagai calon starter utama di kiri. Tapi kenyataannya? Jordan cuma catat 8 caps internasional selama kariernya.


Cedera: Musuh Utama Kariernya

Jordan Lukaku mungkin punya fisik kuat, tapi ironisnya, tubuhnya sering rusak.

Mulai dari masalah lutut, cedera hamstring, hingga masalah otot berulang, semuanya bikin Jordan gak bisa tampil reguler.

Dia sempat melewatkan hampir seluruh musim 2019/20 di Lazio karena operasi lutut. Begitu sembuh, ritme permainannya udah anjlok. Pelatih juga mulai ragu ngasih dia menit main.

Dari situ, kariernya mulai meredup pelan-pelan.


Pindah-Pindah Klub: Sinyal Bahwa Dia Sedang Cari Rumah

Setelah sulit tembus tim utama Lazio, Jordan akhirnya dipinjamkan ke beberapa klub:

  • Royal Antwerp (Belgia) – balik ke kampung halaman
  • Vicenza (Italia) – main di Serie B, ngincer kebugaran dan menit main
  • Terakhir, gabung Adanaspor (Turki), klub kasta kedua, demi restart karier

Perpindahan ini bukan soal duit. Ini sinyal bahwa Jordan masih pengen main, masih pengen buktiin bahwa dia bisa comeback.

Dan meskipun sekarang dia main di luar radar, fans yang pernah lihat performa puncaknya tahu: Jordan Lukaku yang fit adalah mimpi buruk bek kanan lawan.


Dibayang-Bayangi Nama Romelu

Lo nggak bisa bahas Jordan tanpa nyebut kakaknya, Romelu Lukaku.

Mereka akrab banget. Tapi secara karier, jelas beda:

  • Romelu: striker elite, rekor timnas Belgia, main di klub top
  • Jordan: penuh potensi, tapi banyak cedera dan inkonsistensi

Banyak yang bilang karier Jordan “gagal” karena bayang-bayang Romelu. Tapi sebenernya, itu gak sepenuhnya adil. Jordan punya skill set beda dan udah main di level tinggi. Cuma nasib (dan lututnya) gak berpihak.


Mentalitas: Tetap Berjuang, Tetap Rendah Hati

Hal yang patut dihargai dari Jordan adalah: dia gak menyerah.

Meski udah main di tim papan tengah ke bawah, meski ditinggal spotlight, dia tetap berusaha bangkit. Lo gak bakal lihat dia ribut di media atau cari sensasi. Dia fokus latihan, pulih, dan nyari tempat buat main.

Dan buat pemain yang udah ngelewatin naik-turun kayak gini, itu bukan hal gampang.


Penutup: Jordan Lukaku, Bukan Cuma “Adik dari Romelu”

Jordan Lukaku bukan legenda, bukan juga pemain yang bikin media heboh. Tapi dia adalah contoh dari pemain yang punya potensi luar biasa, tapi harus hadapi kenyataan keras: cedera, tekanan, dan ekspektasi besar.

Tapi satu hal pasti:
Saat Jordan Lukaku ada di performa puncaknya, dia bisa ngacak-ngacak sisi kiri dan bikin siapapun di sayap kanan kelabakan.

Dan di dunia sepak bola yang keras, kadang cukup jadi versi terbaik diri lo sendiri — meskipun lo gak segemerlap kakak lo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *