
Di dunia sepak bola modern, banyak banget pemain muda yang dikasih label “next big thing”, tapi cuma sedikit yang bisa langsung nyatu sama hype-nya. Salah satu nama yang sempat jadi sorotan banget: Fábio Carvalho. Lahir tahun 2002, wajah kalem, kaki lincah, dan visi tajam. Lo liat highlight-nya di Fulham, dan langsung tahu: ini anak beda.
Tahun 2022, dia resmi gabung ke Liverpool. Hype-nya tinggi. Waktu dia diumumin, fans Liverpool langsung mikir ini bisa jadi penerus Coutinho, atau minimal pemain kreatif yang bisa main di berbagai posisi. Tapi kenyataan di lapangan ternyata gak semulus ekspektasi. Pertanyaannya sekarang: apa yang sebenarnya terjadi sama Fábio Carvalho?
Awal Mula: Dari Benfica ke Fulham
Fábio lahir di Lisbon, Portugal, tapi pindah ke Inggris waktu kecil. Dia sempat masuk akademi Benfica, tapi kemudian melanjutkan karier di Inggris bareng Fulham. Di sinilah talenta dia mulai kelihatan serius.
Musim 2021/2022, dia tampil gemilang bareng Fulham di Championship. Main bareng Aleksandar Mitrović, dia jadi otak di balik banyak serangan. Dia nyetak 10 gol dan 8 assist di musim itu—angka yang gokil buat pemain 19 tahun yang main di lini tengah serang.
Dan lo tahu siapa yang ngelirik dia? Yup, Jürgen Klopp.
Gabung Liverpool: Harapan Tinggi, Waktu Bermain Minim
Musim panas 2022, Liverpool berhasil dapetin Fábio Carvalho dengan harga murah—sekitar £5 juta plus bonus. Buat fans, ini kayak jackpot. Dapet pemain muda berbakat dengan harga rendah di saat harga pasar lagi gila-gilaan? Siapa yang nolak?
Klopp kasih pujian. Katanya Carvalho itu “dinamis, teknikal, dan punya future cerah.” Dan di awal musim, dia sempat main beberapa kali. Bahkan nyetak gol telat dramatis ke gawang Newcastle yang bikin Anfield meledak. Tapi setelah itu? Waktunya makin sedikit.
Mulai pertengahan musim 2022/23, dia jarang terlihat. Bahkan sering gak masuk skuad. Banyak yang heran: “Apa yang salah?” Padahal tiap main, Carvalho nunjukin flair, keberanian, dan visi bagus.
Masalahnya: Sistem, Posisi, dan Ketatnya Persaingan
Carvalho bukan pemain jelek, jelas. Tapi masalahnya adalah: dia pemain no. 10 alami, sementara Liverpool di bawah Klopp gak pakai playmaker klasik. Dalam sistem 4-3-3-nya Klopp, pemain tengah harus kuat pressing, tahan fisik, dan bisa distribusi cepat. Dan Carvalho, yang terbiasa main bebas di belakang striker, agak kesulitan adaptasi.
Dia sempat dicoba jadi winger kiri, bahkan gelandang serang palsu. Tapi hasilnya gak maksimal. Belum lagi saingan di lini serang Liverpool berat banget: ada Salah, Luis Díaz, Diogo Jota, Darwin, dan Gakpo. Di tengah? Ada Henderson, Thiago, Elliott, Bajcetic, dan kemudian Alexis Mac Allister.
Carvalho jadi korban sistem. Bukan karena gak bisa main, tapi karena belum dapet tempat yang cocok.
Dipinjamkan ke Leipzig: Dapet Jam Terbang, Tapi Belum Nyalakan Api
Musim 2023/24, Carvalho akhirnya dipinjamkan ke RB Leipzig—tim Bundesliga yang sering banget jadi tempat berkembang pemain muda. Ekspektasinya: dia bakal dapet menit, bisa eksplorasi gaya main, dan balik ke Liverpool dengan kepercayaan diri tinggi.
Tapi hasilnya lagi-lagi gak maksimal. Di Leipzig, Carvalho susah masuk starting XI karena sistem mereka juga gak terlalu ngandelin pemain no. 10. Dia lebih banyak jadi rotasi, dan statistiknya gak terlalu mencolok.
Akhirnya, pinjaman itu dipotong. Carvalho balik, lalu sempat lanjut pinjaman ke Hull City di Championship. Di sini, dia dapet lebih banyak ruang. Main lepas, banyak kontribusi, dan mulai bangun kembali reputasinya sebagai playmaker muda berbahaya.
Bakat Masih Ada, Tapi Butuh Waktu dan Tempat yang Pas
Satu hal yang jelas: Carvalho belum habis. Dia masih muda, masih bisa berkembang, dan skillset-nya tetap elite. Dia punya sentuhan halus, kecepatan kaki, tembakan bagus, dan flair yang natural. Tapi dia butuh satu hal yang belum dikasih Liverpool: waktu dan role yang jelas.
Kalau Liverpool (atau klub lain nantinya) kasih dia kepercayaan dan posisi yang cocok—misalnya di belakang striker dalam formasi 4-2-3-1—dia bisa bersinar lagi. Potensinya ada buat jadi playmaker kreatif, semacam Bernardo Silva versi lebih direct.
Apakah Masih Ada Masa Depan di Anfield?
Ini pertanyaan besar. Dengan kedatangan pelatih baru (post-Klopp era), bisa jadi Fábio dapet kesempatan kedua. Tapi juga bisa jadi dia bakal dilepas permanen kalau gak sesuai rencana taktik baru.
Tapi satu yang pasti: kalau lo klub yang lagi cari pemain muda dengan teknik tinggi, mobilitas bagus, dan etos kerja oke—Fábio Carvalho masih aset berharga.